Menggali Potensi Bahan Lokal Melalui Inovasi Olahan dan Kemasan Pangan di Desa Kiarapayung
Sebagai upaya untuk mendorong pemanfaatan bahan pangan lokal menjadi produk bernilai jual, kegiatan pelatihan bertema "Pelatihan Inovasi Produk Makanan Berbasis Bahan Baku Lokal" digelar di Desa Kiarapayung pada Kamis, 24 Juli 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh ibu-ibu pelaku UMKM, perwakilan desa, dan unsur pendamping masyarakat. Bertempat di aula desa, kegiatan berlangsung hangat dan interaktif, terutama saat peserta mulai mendalami langsung bagaimana bahan-bahan sederhana seperti pepaya dan singkong bisa diolah menjadi produk yang tidak hanya lezat, tapi juga berpotensi masuk ke pasar modern.
Dalam sesi pertama, Ibu Eni sebagai narasumber membawakan materi tentang pengolahan bahan makanan lokal. Fokus utama disampaikan pada bagaimana mengelola bahan baku sederhana agar menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi, hemat biaya produksi, dan efisien secara tenaga.
“Kita perlu menggali potensi bahan baku yang ada di sekitar—terutama bahan lokal—agar bisa diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” ujar Ibu Eni saat memaparkan materi pengolahan pangan lokal. “Dengan inovasi sederhana dan efisiensi produksi, bahan yang awalnya biasa saja bisa jadi peluang usaha yang menjanjikan.”
Melalui praktik langsung, peserta dikenalkan pada dua olahan pepaya: Es Krim Pepaya dan Permen Gummy Pepaya. Es krim dibuat menggunakan bahan seperti pepaya matang, gula, susu cair, maizena, SP, dan sedikit garam. Proses pembuatan yang melibatkan teknik pemanasan dan pembekuan bertahap disampaikan dengan sangat rinci, termasuk tips menjaga tekstur es krim tetap lembut. Sementara itu, permen gummy diolah dari campuran pepaya, air jeruk lemon, dan gelatin, yang dimasak perlahan hingga mengental dan dicetak ke dalam cetakan silikon. Biaya produksi dari masing-masing resep pun dihitung dan dijelaskan secara terperinci agar peserta bisa langsung memperkirakan potensi usaha ke depannya.
Tidak hanya pepaya, bahan lokal lainnya seperti singkong juga mendapatkan sorotan. Singkong diolah menjadi boba berbasis singkong—produk kekinian yang bisa dikreasikan sebagai isian minuman atau dijual dalam bentuk kemasan. Pembuatan boba singkong dimulai dari proses parut, pencampuran adonan dengan agar-agar dan gula merah, hingga tahap pembentukan dan perebusan. Tak hanya praktik, narasumber juga menekankan pentingnya efisiensi tenaga dan penggunaan alat yang sederhana namun fungsional.
Kegiatan berlanjut pada sesi kedua yang diisi oleh Ibu Teti dari Dinas Koperasi dan UMKM, yang membawakan materi mengenai pengemasan produk makanan. Pengemasan bukan hanya menjadi wadah produk, tetapi juga identitas, pelindung, dan sarana promosi. Peserta diberi wawasan tentang berbagai jenis bahan kemasan seperti plastik, kaca, karton, hingga aluminium foil, serta pentingnya menyesuaikan kemasan dengan segmentasi pasar.
“Kemasan yang baik itu tidak harus mahal, tapi harus mampu menarik perhatian secara visual dan praktis,” jelas Ibu Teti dari Dinas Koperasi dan UMKM. “Mulai dari warna, bentuk, hingga tipografi label—semuanya bisa memengaruhi keputusan konsumen. Selain itu, jangan lupakan informasi penting yang wajib dicantumkan, seperti nama produk, merk, bahan baku, berat bersih, nama produsen, izin edar, dan tanggal kedaluwarsa.”
Sejumlah alat pengemasan sederhana seperti hand sealer dan vacuum sealer turut diperkenalkan, lengkap dengan cara kerja dan perbandingan efektivitasnya. Peserta pun aktif bertanya dan berdiskusi, membagikan pengalaman mereka dalam mengemas produk selama ini.
Melalui pelatihan ini, diharapkan warga Desa Kiarapayung tak hanya mampu mengolah bahan lokal menjadi produk yang bernilai ekonomi, tetapi juga mampu mengelola usaha dengan lebih efisien, kreatif, dan berdaya saing di pasaran. Kegiatan ini menjadi langkah kecil namun penting dalam membangun kemandirian ekonomi berbasis potensi desa.